Senin, 08 September 2014




SIAPAKAH AKU?

Siapakah Aku? Aku adalah makhluk yang terlahir di alam kelima dari 31 alam kehidupan, yaitu alam manusia. Manusia seperti halnya makhluk-makhluk lain terdiri dari bagian-bagian batin dan jasmani. Batin dan jasmani ini membentuk lima gugus yang menyusun setiap makhluk, kelima gugus ini sering disebut sebagai Pancakhanda. Saat ini kita adalah makhluk yang hidup di ladang berkah yang subur. Ada tiga alasan utama yang membuat hidup kita penuh berkah yaitu :

1. Terlahir sebagai manusia

Kelahiran di alam manusia merupakan suatu berkah. Buddha menyatakan bahwa sungguh sulit bagi sesosok makhluk untuk dapat terlahir sebagai manusia. Buddha membandingkan jumlah manusia bagai sedikit pasir yang tercolek di ujung kuku, sedangkan yang terlahir bukan sebagai manusia sebanyak pasir di atas bumi. Dengan demikian kesempatan untuk terlahir sebagai manusia itu  sangat lah kecil, oleh karena itu syukurilah kesempatan lahir sebagai manusia dan gunakan kesempatan ini dengan baik.

2. Lahir pada saat ajaran Buddha masih ada

Kemunculan seorang Buddha juga sangat langka. Jadi, jika sekarang kita hidup pada saat ajaran Buddhamasih ada berarti kita telah beruntung. Coba bayangkan, jika kita hidup pada zaman dimana orang tidak mengenal ajaran kebenaran, kita bias menemukan orang-orang saling membunuh, perang dimana-mana, dan perbuatan jahat merajalela. Kehidupan seperti itu tentu sangat tidak menyenangkan. Oleh karena itu, kita sungguh sangat bahaia dapat lahir pada saat ajaran kebenaran masih ada. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan ini.

3. Bisa belajar dan praktik Dharma

Terlahir sebagai manusia di zaman masih ada ajaran Buddha sungguh merupakan suatu berkah, namun berkah terbesar adalah bias belajar dan praktik Dharma. Dharma hanya akan menjadi berkah jika dipraktikkan. Dharma tidak berarti apa-apa kalau hanya tercetak rapi dibuku-bukudan kitab-kitab suci. Coba bayangkan, di antara begitu banyak makhluk di alam semesta kita terlahir di alam manusia, di antara semua manusia kita mengenal Dharma. Betapa beruntungnya kita ini. Tapi sebaliknya akan menjadi sayang sekali kalau kita tidak berusaha belajar dan praktik Dharma. Oleh sebab itu, jangan sia-sia kan waktu dan hidup kita. Kehidupan ini harus kita isi dengan perbuatan-perbuatan baik yang membawa manfaat bagi diri kita, orang tua kita, dan semua makhluk.

Kita tidak boleh menganggap remeh kehidupan ini, tidak berusaha menyadari arti kehidupan ini. Ciri orang yang menghargai hidupnya adalah memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar dan melakukan hal yang benar dan bermanfaat. Hidu sebagai manusia sangatlah berharga, karena ini adalah titik tolak bagi keberadaan kita, untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Setelah menyadari apa yang menjadi kesalahan atau kekurangan kita, kita harus berusaha mengubahnya.

Jumat, 25 Januari 2013

31 ALAM KEHIDUPAN

TS = Tahun Surgawi = 18.000 tahun
1 hari di alam Catummaharajika
= 50 tahun di alam manusia.
Kappa/kalpa
= 1 mil kubik berisi biji sesawi
dikali 100 tahun untuk setiap biji sesawi.
AK = Asankheyya Kappa
     = 10 juta pangkat 20 kappa.
MK = Maha Kappa
     = 4 Asankheyya Kappa

Sejarah Penyusunan Tipitaka
Setelah Petapa Gotama mencapai penerangan sempurna dibawah pohon Bodhi di hutan Uruvela, dua bulan kemudian sebagai seorang Buddha selama 45 tahun Beliau dengan penuh cinta kasih mengajarkan Dharma kepada para Brahmana dan petapa, raja-raja dan pangeran-pangeran, cendikiawan dan mereka yang sederhana pikirannya, pedagang dan pekerja serta semua lapisan masyarakat lainnya sesuai dengan kemampuan dan pencapaian rohani mereka masing-masing
Menurut Vinaya Atthakata (samantapasadika), Sang Buddha mulai memberikan Vinaya setelah 20 tahun pencapain penerangan sempurna. Pada waktu itu mulai timbul prilaku bhikkhu-bhikkhu yang bukan saja merugikan perkembangan spiritualnya sendiri, tetapi juga berpengaruh terhadap citra Sangha dan agama Buddha pada umumnya. Di samping itu, terdapat juga para bhikkhu yang sebelumnya adalah pertapa dari berbagai aliaran keagamaan yang berbeda pula tata krama dan tradisinya dalam menjalani kehidupan spritual.
Dari latar belakang yang majemuk itu berbagai perilaku yang buruk dan perilaku lainnya yang tidak sesuai dengan kehidupan seorang samana menurut agama Buddha. Oleh sebab itu, sewaktu Sang Buddha masih hidup, setiap kali terjadi seorang bhikkhu melakukan perbuatan yang dapat dicela oleh para bijaksana, maka Sang Buddha menetapkan suatu peraturan. Bilamana di kemudian hari ada peraturan itu dilanggar (apatti) dan dinyatkan bersalah. Dengan demikian makin lama makin banyak peraturan yang ditetapkan oleh Sang Buddha.
Setelah Sang Buddha mencapai parinibbana (wafat), Arahat Maha Kassapa, melihat perlunyadikumpulkan Dharma yang pernah diajarkan oleh Sang Buddha agar tidak timbul perselisian di kemudia hari di antara para pengikiutnya. Jangankan sebulan, seminggu setelah Buddha Gautama wafat (483 S.M) seorang yang menjadi bhikkhu setelah berusia tua dan tidak disiplin bernama Subhadda berkata: “Jangan bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari Petapa Agung yang tidak lagi memberitahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi kita sekarang dapat berbuat apa saja yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang kita tidak senangi”. (Vinaya Pitaka II, 284)
Setelah mendengar ucapan dhikkhu subhadda demikan, maka arahat Maya Kassapa atas bantuan Raja Ajatasattu dari Magada, segera mengundang 500 orang berkumpul untuk mengumpulkan semua ajaran Sang Buddha yang diwedarkan-nya selamaini dan menyusunnya secara sistematis.
Dalam konsili pertama yang dipimpin oleh arahat Maha Kassapa yang berlangsung selama 7 bulan di Goa Sattapanni dekat Rajagaha. Arahat Upali memiliki kehormatan untuk mengulang kembali Vinaya dan Arahat Ananda mengulang kembali Dharma yang disaksikan oleh para Arahat lainnya.
Dharma dan Vinaya yang dikumpulkan dalam konsili petama tersebut diterima dan disetujui sebagai ajaran Sang Buddha. Ajaran inilah sebagaimana disabdakan oleh Sang Buddha Gotama menjelang beliau mencapai Parinibbana: “jadikanlah Dhamma dan Vinaya sebagai pelita dan pelindung bagi dirimu”.
100 tahun kemudian diadakan konsili kedua untuk menyelesaikan perselisihan mengenai Vinaya. 3 bulan setelah Sang Buddha mencapai Parinibbana tidak dirasakan perlu untuk merubah Vinaya, walaupun Sang Buddha membiarkan Sangha untuk merobah peraturan-peraturan kecil. Sang Buddha juga bersabda, jika Vinyatidak dikurangi dan ditambah  maka Sangha akan hidup rukun dan tidak akan terpecah.

Oleh karena penjelasan lebih lanjut mengenai yang mana merupakan peraturan yang kecil serta dipandang tidak pantas merubah Vinaya selagi “abu jenazah Sang Buddha masih panas”, maka mereka tidak mengurangi maupun menambah Vinaya yang diberikan oleh Sang Buddha.
Akan tetapi, 100 tahun kemudian sekelompok bhikkhu dari Vesali telah merubah beberapa peraturan yang mereka pendang sebagai peraturan kecil. Kelompok bhikkhu lain menolak perubahan yang dilakukan oleh bhikkhu Vesali dan tetap berpegang pada Vinaya sebagaimana diwariskan oleh Sang Budha yang telah ditetapkan dan diterima dalam Konsili Pertama.
Menghadapi perkembangan ini, atas bantuan Raja Kalasoka diselenggarakan Konsili Kedua di Vesali yang merupakan tempat terjadinya penyimpangan Vinaya. Dalam Konsili ini, Dahrma dan Vinaya yang telah dihafalkan dan diturunkan secara lisan diucap oleh 700 Arahat. Dalam Konsili ini Bhikkhu-bhikkhu yang menyimpang dari Vinaya yang diberikan oleh Sang Buddha disalahkan.
Dan juga pada Konsili Kedua ini para Arahat yang diakui otoritasnya dalam  menetukan mana yang Dharma dan mana yang bukan Dharma; mana yang Vinaya dan mana yang bukan Vinaya, pada Konsili Pertama digugat oleh sekelompok Bhikkhu yang dipimpin oleh Bhikkhu Mahadeva. Mereka berpendapat bahwa dalam menetukan Dharma dan Vinaya tidak dibedakan antara Arahat dan bukan Arahat. Kelompok yang menggugat otoritas Arahat (yang jumlahnya besar) memisahkan diri dan mengadakan Konsili sendiri. Kelompok ini dinamakan Mahasanghika (kelompok besar) dan kelompok yang memandang bahwa para Arahat yang mempunyai otoritas menetukan Dharma dan Vinaya disebut Staviravada (Theravada).
Pada abad ketiga sesudah Sang Buddha Parinibbana (249SM) sewaktu Raja Maharaja Asoka Wardhana, diadakan Konsili Ketiga di Pataliputra (Patna) dalam Konsili ini tidak saja dibicarakan masalah Vinaya, tetapi juga dibicarakan tentang perbedaan mengenai Dharma diantara para Bhikkhu dari berbagi sekte Agama Buddha. Konsili ini berlangsung selama 9 bulan dibawah pimpinan Moggaliputta Tissa, Dharma dan Vinaya diucapkan oleh 100 Arahat. Kelompok Theravada pecah menjadi Theravada dan Sarvastivada yang kemudian Mazhab Sarvastivada berhijrah ke Kasmir dan kemudian di bawah perlindungan Raja Kaniska berkembang di India Utara.
Setelah konsili ketiga, Maharaja Asoka Wardhana mengirim Dharmaduta ke seluruh penjuru untuk menyebarkan dharma diantaranya Arahat Milinda, putra Raja Asoka sendiri, ke Sri langka dengan membawa Tipitaka dan Kitab Tipitaka Atthakata. Dalam perkembangan selanjutnya Theravada menjadi lemah dan merupakan sekte yang tidak berpengaruh lagi di daratan India, tetapi tertanam dengan kuat di Sri langka.
Pada Tahun 83 M di Alu Vihara (Sri Langka) diadakan Konsili yang Keempat yang di sponsori oleh Raja Vatta Gamanabhaya pada kesempatan ini Tipitaka di tulis untuk pertama kalinya diman penulisan ini bertujuan untuk melestarikan Dhamma, karena dirasakan makin sedikitnya orang yang mampu menghafal Kitab Tipitaka dan agar semua orang mengetahui kemurnian Dhamma.
Setelah penulisan Kitab Suci Tipitaka berlangsung dengan baik, maka pada tahun 1871 yang disponsori oleh Raja Mindonmin diadakan Konsili Kelima yang dihadiri 2400 Maha Thera da Acriya yang terpelajar selama lima bulan di istana kerajaan untuk menyiapkan keseragaman edisi Kitab Suci Tipitaka yang akan dicatat diatas lempengan Marmer yang berjumlah 729 buah lempengan.
Setelah dilaksanakannya Konsili Kelima maka pada tahun 1954 di Gua Mahapasana, Kaba-Aye Yangoon, Myanmar Konsili ini diselenggarakan guna memurnikan dan memajukan ajaran Buddha. Konsili ini di pimpin oleh Nyaung Yan Sayadaw, Mahasi Sayadaw, Mingun Sayadaw.

Minggu, 06 Januari 2013


AWAL MULA “PENCIPTAAN”
“Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha.”
( ALBERT EINSTEIN )
“Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa“
Salam Damai dan Cinta Kasih … ,
Pada wacana kali ini saya akan mengajak anda membahas mengenai “ Awal Mula Penciptaan “ dari sudut pandang Buddha-Dhamma. Meskipun kata “Penciptaan” tidaklah tepat jika itu mengacu pada Buddha-Dhamma, namun judul ini saya gunakan karena lebih populis, lebih dikenal oleh para pembaca yang non-Buddhis.
Merujuk pada salah satu sutta Sang Buddha yang berhubungan dengan awal mula terjadinya alam semesta ini, yaitu Agganna-sutta, yang merupakan Sutta ke-27 dari Digha Nikaya. Kali ini kita akan membahas sutta / khotbah Sang Buddha tersebut dalam bentuk alur proses, sebagai berikut ini :
(a). Masa Setelah Kiamat / Hancurnya Bumi
“Vasetha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur ( kiamat ). Dan ketika hal ini terjadi, umumnya makhluk-makhluk terlahir kembali diAbhassara ( alam cahaya, surga ke-12 dalam kosmologi Buddhis ); disana mereka hidup dari ciptaan batin ( mano maya ), diliputi kegiuran batin, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan.
Mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.
(b). Kondisi Bumi setelah berlalunya masa Kiamat / Hancurnya Bumi ( pembentukan awal )
“ Pada waktu itu ( bumi kita ini ) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan, siang maupun malam belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk saja. “
Khotbah Sang Buddha tersebut ternyata senada dengan pendapat para ilmuwan modern, bahwa pada awal-mulanya, permukaan bumi ini tertutup oleh air. Merujuk pada khotbah tersebut, Sang Buddha tidak menyatakan bahwa matahari dan bintang-bintang belum ada atau tercipta setelah bumi. Yang dinyatakan Sang Buddha adalah, bahwa matahari dan bintang-bintang belumlah nampak, atau dengan kata lain ada sesuatu yang lain yang menghalangi penampakan mereka. Bisa diartikan, yang menghalangi terlihatnya cahaya matahari dan bintang-bintang adalah karena makhluk-makhluk yang ada waktu itu semuanya adalah makhluk cahaya, yang memancarkan sinar kemilau yang megah, yang karenanya menutupi sinar matahari, bulan dan bintang. Makhluk hidup yang ada pertama kali adalah “aseksual”, tidak berjenis kelamin, tidak ada laki-laki, tidak ada perempuan. Hal ini senada dengan temuan para ilmuwan modern.
(c). Makanan yang Muncul Pertama Kali
“ Vasetha, cepat atau lambat setelah masa yang lama sekali bagi makhluk-makhluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih ( busa ) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu.
Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadih susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. “
(d). “Dosa-Asal” Para Makhluk : Keserakahan
“ Kemudian Vasetha, diantara makhluk-makhluk yang memiliki sifat serakah ( lolojatiko ) berkata : “O apakah ini ? “, dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, nafsu keinginan masuk dalam dirinya.
Makhluk-makhluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu, dengan jari-jari…makhluk-makhluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka.”
(e). Lenyapnya Cahaya dari Para Makhluk Cahaya dan Terlihatnya Sinar Matahari dan Bintang-bintang
“ Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh makhluk-makhluk itu lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak… siang dan malam terjadi.”
(f). Bermulanya Pembentukan Bumi Kembali ( Evolusi )
“ Demikianlah Vasetha, sejauh itu bumi terbentuk kembali. Vasetha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali.”
(g).Terbentuknya Tubuh Para Makhluk Dunia
“ Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian makhluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian makhluk memiliki bentuk tubuh yang buruk.”
(h). Munculnya Tumbuhan Pertama Kali ( Tumbuhan Serupa Cendawan )
“ Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk…maka sari tanah itupun lenyap…ketika sari tanah lenyap…muncullah tumbuhan dari tanah ( bhumipappatiko ).
Cara tumbuhnya seperti cendawan…mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali…( seperti diatas )…”
Sementara mereka bangga akan keindahan diri mereka, mereka menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itupun lenyap.
(i). Munculnya Tumbuhan Selanjutnya ( Tumbuhan Menjalar )
“ Selanjutnya tumbuhan menjalar ( badalata )muncul…warnanya seperti dadih susu atau mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni. Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu…maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan tubuh mereka nampak lebih jelas, sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk.
Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk…
Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itupun lenyap. “
(j). Munculnya Padi
“ Kemudian Vasetha, ketika tumbuhan menjalar lenyap…muncullah tumbuhan padi ( Sali ) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari, mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan pada waktu malam, pada keesokan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.
Vasetha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati padi ( masak ) dari alam terbuka, mendapatkan makanan itu dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali.”
(k). Terbentuknya Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
“ Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya ( itthilinga ) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya ( purisalinga ).”
(l).Terjadinya Hubungan Sexual
“ Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-lakipun sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin.
Vasetha, ketika makhluk-makhluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin…dst…dst… “.
Alam semesta ini tidak berawal ; tidak ada awal yang benar-benar awal, karena daur-hidup semesta ini, dari awal-mula terjadi hingga kiamat, dan mulai dari awal evolusi lagi, telah berlangsung sangat lama, tidak hanya sekali saja.
Keberadaan dan berlangsungnya alam-semesta itu ditunjang oleh hukum alam semata. Hukum alam itu sendiri, sesungguhnya bersifat relatif, hanya berlaku di alam fenomena, dan muncul “secara khayal” / “delusif” dari dalam tathagatagarbha ( “rahim Tathagata” ).
Sang Buddha juga mengajarkan bahwa ada banyak planet lain yang juga dihuni makhluk hidup, jauh sebelum tata-surya kita terbentuk. Mungkin inilah yang saat ini oleh ilmuwan dan masyarakat modern dikenal dengan “alien”. Tidak mengherankan bila makhluk luar angkasa ini mempunyai teknologi dan peradaban yang jutaan tahun lebih maju daripada manusia, karena ternyata menurut Sang Buddha sendiri, sebelum tata-surya kita terbentuk, diluar sana telah ada tata-surya yang juga telah dihuni oleh makhluk-makhluk hidup.
Semoga Artikel ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha ; Semoga Semua Makhluk Berbahagia 
Sadhu...sadhu...sadhu...

Jumat, 28 Desember 2012

Mengembalikan Berbagai Fungsi Windows 7 di Windows 8

StartIsBack: Mengembalikan Berbagai Fungsi Windows 7 di Windows 8
Windows 8 sudah dirilis, dan sudah cukup banyak juga yang menggunakannya. Tetapi perdebatan Modern UI vs Tradisional UI tetap berlangsung. Mungkin kamu juga salah satu yang memperdebatkannya?

Beberapa hal yang sering diperdebatkan antara lain:

  • Dihilangkannya start menu, membuat pengguna Windows 8 harus membiasakan diri lagi
  • Dioptimasi untuk touch-screen, membuat pengguna desktop sedikit kesulitan jika menggunakan mouse
  • Start screen sedikit membingungkan bagi yang belum terbiasa
Jika kamu termasuk pengguna Windows 8 yang tidak menyukai konsep Modern UI, maka StartIsBack mungkin adalah software yang sedang kamu cari.
Konsep global dari StartIsBack adalah mengembalikan berbagai fungsi Windows 7 di Windows 8. Fungsi yang dikembalikan antara lain:

Mengembalikan Desktop ke posisinya semula

Di Windows 8, setelah booting kamu akan disuguhi dengan start screen. Untuk menuju desktop, kamu harus klik dulu desktop di start screen.
StartIsBack akan membuat posisi dekstop kembali seperti semua. Setelah booting kamu akan langsung disuguhi tampilan desktop, sama seperti di Windows 7.
Mengembalikan Start Menu ke posisinya semula
Di Windows 8, start menu dihilangkan dan diganti dengan start screen. Tentu saja Windows tanpa start menu terasa sayur tanpa garam.
StartIsBack akan mengembalikan fungsi start menu di Windows 8. Start menu ini berfungsi penuh layaknya start menu yang ada di Windows 7.

Mematikan charm bar

Di Windows 8, kamu harus meletakkan mouse di pojok kanan layar untuk memunculkan taskbar. Dengan StartIsBack, fitur ini dimatikan. Kamu bisa mengkonfigurasi menu apa yang ingin kamu tampilkan di desktop.

Memodifikasi Start Screen

Setelah start menu ditambahkan di Windows 8, berarti akan ada 2 start. Pertama, start menu yang ditambahkan..kedua, start screen itu sendiri.
Untuk itu StartIsBack akan memodifikasi Start Screen menjadi App Screen. App Screen akan menjadi tempat bagi launcher-launcher aplikasi metro dari Windows Store.
StartIsBack sama sekali tidak menjalankan ekstra process, ekstra service, tidak melakukan pactch file, atau membutuhkan hak akses administrator.
Bagi kamu yang tertarik untuk mengembalikan berbagai fitur dan “budaya” Windows 7 di Windows 8, kamu bisa mendownload StartIsBack disini:
Setelah didownload, langsung saja ekstrak dan install StartIsBack di Windows 8 kamu. Saat proses instalasi akan muncul alert seperti ini, klik saja run anyway.
Windows 8 Sebelum Diinstall StartIsBack
Windows 8 Sebelum Diinstall StartIsBack
Klik Run Anyway Jika Muncul Alert Saat Instalasi
Klik Run Anyway Jika Muncul Alert Saat Instalasi
Proses instalasi berlangsung sangat cepat. StartIsBack memiliki panel konfigurasi yang bisa kamu atur sesuai keinginan kamu.
Panel Konfigurasi StartIsBack
Panel Konfigurasi StartIsBack
Windows 8 Setelah Diinstall StartIsBack
Windows 8 Setelah Diinstall StartIsBack
Sampai saat artikel ini ditulis, StartIsBack masih dalam tahap beta 4. PG belum tahu kapan akan dirilis versi finalnya. Selain StartIsBack, kamu juga bisa menggunakan Pokki atau 3 software lain untuk menambahkan start menu di Windows 8 yang sudah PG bahas sebelumnya.
Hanya saja ada beberapa hal yang berkecamuk di otak PG..kalau pengguna Windows 8 tidak suka dengan Windows 8 dan lebih menyukai Windows 7..kenapa upgrade ke Windows 8 ya? Mungkin kamu tahu jawabannya? ^^
http://www.pusatgratis.com/software/startisback-mengembalikan-berbagai-fungsi-windows-7-di-windows-8.html

ICT DAN PENDIDIKAN

Pendidikan Agama Buddha: ICT DAN PENDIDIKAN: Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK Indonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang ...

Rabu, 26 Desember 2012

ICT DAN PENDIDIKAN


Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK


imageIndonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang nyaris yang sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Indonesia dengan populasi 247 juta dimana diantaranya terdapat 51 juta siswa dan 2,7 juta guru di lebih dari 293.000 sekolah, serta 300.000 dosen di lebih dari 2.700 perguruan tinggi yang tersebar di 17.508 pulau, 33 provinsi, 461 kabupaten/kota, 5.263 Kecamatan, dan 62.806 desa. Tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan.
Beberapa tantangan diantaranya adalah: masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2). Tantangan berikutnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.
Sejumlah perubahan paradigma di dalam proses pembelajaran perlu kita lakukan agar kita siap memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Berikut ini adalah paradigma yang perlu segera diubah dan secepatnya menyesuaikan dengan perkembangan sistem, infrastruktur dan konten pembelajaran berbasis TIK:

Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.
Pemanfaatan TIK
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.
Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).
Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills, (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.
Peran Guru & Siswa
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:
[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan implementasinya yang dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.
Pertama, Pendekatan Idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.
Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi).
Peran TVE & Jardiknas
Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan terbesar negara kita dalam mencerdaskan bangsa adalah akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan. Oleh karena itulah Depdiknas berupaya menjawab tantangan tersebut dengan inisiatif yang penuh inovasi melalui penyelenggaraan siaran TV Edukasi yang diresmikan pada tahun 2004 ini merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Kemudian pada tahun 2006, Depdiknas menggelar Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) yang merupakan jaringan TIK nasional terbesar yang dimanfaatkan oleh Depdiknas untuk keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan.
TVE yang kini telah memiliki saluran 2 untuk Guru ini memiliki pola siaran: Informasi yang berisikan materi: News, Pola siaran yang berisikan Kebijakan, Profil Guru, dan sebagainya; Tutorial (Pendidikan Formal) yang berisikan materi: pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium; dan Pengayaan yang berisikan materi: pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru.
Sedangkan Jardiknas saat ini memiliki 1.072 node (simpul) Zona Kantor dan Perguruan Tinggi yang tersebar di 33 provinsi dan 456 kabupaten/kota. Jardiknas yang berpusat di NOC Pustekkom Ciputat Banten dan NOC Telkom Karet Jakarta ini difasilitasi bandwidth intranet, internet domestik dan internet internasional yang cukup memadai untuk mendukung e-administrasi dan e-pembelajaran di Indonesia. Dalam waktu dekat – dalam rangka memenuhi Inpres nomor 5 tahun 2008 – Depdiknas akan mengembangkan Jardiknas Zona Sekolah untuk 15.000 sekolah dan Jardiknas Zona Perorangan untuk 7.943 tenaga pengajar yang memiliki laptop. Media koneksi Jardiknas Zona Sekolah berorientasi static internet (fixed), sedangkan Jardiknas Zona Perorangan berorientasi kepada mobile internet.
Konten
Kita memahami bahwa infrastruktur semegah apapun tidak akan berarti sama sekali jika tiada konten bermanfaat di dalamnya. Setiap hari pengguna internet berselancar di dunia maya hanya untuk mencari konten yang benar-benar diinginkannya secara instan. Baik didorong oleh rasa keingintahuan terhadap suatu fenomena maupun sekedar membuktikan sebuah informasi.
Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas. Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ.
Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD.
Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel & Satelit.


sumber : petik-jateng.blogspot.com

NB. Bagi Pegunjung yang pernah mengunjungi Blog saya mohon dikomentari
Terimakasih